Jumat, 02 Maret 2012

prposal kanadungan serat rumput raja


  I. PENDAHULUAN

1.1.      Latar Belakang
Suatu usaha peternakan tidak lepas dari masalah ketersediaan makanan ternak. Makanan ternak yang kita kenal terbagi menjadi dua jenis yaitu hijauan dan konsentrat. Hijauan sebagai makanan ternak merupakan bahan yang sangat diperlukan dan besar manfaatnya bagi ternak ruminansia. Hijauan makanan ternak merupakan makanan utama bagi ternak ruminansia yang dijadikan sebagai sumber gizi berupa protein, karbohidrat, mineral, dan vitamin yang dapat berupa rumput-rumputan, leguminosa, dan daun- daunan  ( Adipradana, 2009).
Rumput Raja adalah hasil persilangan antara P.purpureum dan P. typhoides. Rumput Raja adalah jenis tanaman perenial yang membentuk rumpun, daya adaptasi yang baik di daerah tropis, tumbuh baik pada tanah yang tidak terlalu lembab dan didukung dengan irigasi yang baik. Pertumbuhan awal Rumput Raja lebih lambat dan memerlukan perawatan yang lebih intensif dibandingkan dengan Rumput Gajah namun memiliki pertumbuhan yang cepat mengalahkan Rumput Gajah (BPTHMT Baturaden 1989). Rumput Raja memiliki produksi tinggi dibandingkan rumput lainnya, karena memiliki produksi yang tinggi maka Rumput Raja membutuhkan zat hara yang baik, yang dapat diperoleh dari pupuk organik dan an-organik (Dinas Peternakan Provinsi Riau, 2003).
Rumput Raja memiliki kandungan protein kasar yang tinggi yaitu 15,47. Rumput Raja juga memiliki daun yang lebar dan sangat hijau dan tidak terlalu ada bulu-bulu yang yang dapat merusak lidah ternk, sehingga ternak khususnya sapi sangat menyukai rumput ini. Penanaman Rumput Raja dapat dilakukan dengan stek maupun sobekan rumpun, stek terlebih dahulu dipotong-potong sepanjang 25-30 cm atau paling sedikit terdiri dari dua mata. Sedangkan bila menggunakan sobekan rumpun anak dipilih rumpun muda yang tingginya 20-25 cm. Kebutuhan bibit per hektar dengan jarak tanam 1 x 1 m adalah sebanyak 10.000 stek atau rumpun (http//duniasapi.com, 2010).
Untuk mendapatkan produksi dan pertumbuhan yang optimal perlu adanya tindakan kultur teknik secara tepat terutama dalam pengolahan tanah yang baik, pemilihan bibit yang baik, penanaman, pengairan dan penyediaan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman seperti pemberian pupuk (Reksohardiprojo, 1985).  Menurut Hardjowigeno (1995) pemupukan pada Rumput Raja dapat menggunakan pupuk organik dan pupuk anorganik.  Penggunaan pupuk anorganik secara terus menerus tanpa aturan dapat mengganggu keseimbangan sifat tanah, menurunkan produktifitas lahan dan dapat mempengaruhi produksi tanaman. Oleh karena itu, perlu upaya peningkatan penggunaan pupuk yang dikaitkan dengan aspek pendukung kelestarian alam yaitu dengan penggunaan pupuk organik.
Yuliarti (2009) menyatakan bahwa pupuk organik merupakan hasil akhir dari penguraian bagian atau sisa-sisa tanaman dan hewan. Penggunaan pupuk organik dapat memperbaiki struktur tanah, sehingga tanah mudah diolah dan mudah ditembus akar tanaman. (Hardjwigono, 1995) dalam Budihartono menjelaskan pupuk kandang adalah organik yang berasal dari kotoran ternak, baik dari kotoran padat (feses) yang bercampur sisa pakan, ataupun air kencing (urine). Pakan mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam menentukan kadar hara, jika pakan diberikan banyak mengandung hara N, P dan K maka kotorannya pun akan kaya dengan zat tersebut.
(Sumarsono dkk, 2002) Penampilan komponen pertumbuhan dan produksi bahan kering hijauan  Rumput Raja Pada tanah masam dengan penerapan pupuk organik lebih baik dibanding penerapan pupuk urea atau tanpa pupuk.  Peningkatan kandungan bahan organik tanah sampai tingkat 4,5 % C organik terbukti dapat meningkatkan penampilan komponen pertumbuhan dan produksi bahan kering hijauan  Rumput Raja pada kondisi lapang.  Responsibilitas peningkatan C organik tanah dengan penerapan pupuk organik terhadap penampilan Rumput Raja pada tanah masam lebih tinggi dibanding dengan pupuk urea.
Hasil Penelitian Muhakka (2007) menunjukan bahwa penanaman Rumput Raja menggunakan pupuk kandang dengan dosis 0 ton/ha, 5 ton/ha, 10 ton/ ha dan sulfur dengan dosis 0 kg/ha, 30 kg/ha, 60 kg/ha, 90 kg/ha menurunkan kandungan serat kasar 30,43%, dimana semakin tinggi dosis dalam pupuk kandang dan sulfur maka kandungan serat kasar Rumput Raja cendrung semakin menurun.
Menurut hasil penelitian Khoirul (2012) bahwa penanaman Rumput Raja menggunakan pupuk kandang yang berbeda feses sapi, feses kerbau, feses kambing dapat meningkatkan produksi jumlah anakan dari Rumput Raja  tanpa menggunakan pupuk 1,78 anakan/rumpun, dengan feses kambing 6,33 anakan/rumpun, dengan feses sapi 5,33 anakan/rumpun, dan feses kerbau 7,06 anakan/rumpun. Berat segar Rumput Raja tanpa menggunakan pupuk 7,49 ton/ha, dengan feses kambing 35,67 ton/ha, dengan feses sapi 32,81 ton/ha, dan feses kerbau 31,38 ton/ha . Berat kering Rumput Raja tanpa menggunakan pupuk 5,07 ton/ha, dengan feses sapi 24,07 ton/ha, dengan feses kambing 22,21 ton/ha, dan feses kerbau 19,87 ton/ha. Dan bahan kering Rumput Raja tanpa menggunakan pupuk 0,172 ton/ha, dengan feses kambing 0,776 ton/ha, dengan feses sapi 0,705 ton/ha, dan feses kerbau 0,662 ton/ha. Namun belum diketahui pengaruhnya terhadap kandungan fraksi serat kasar NDF, ADF, ADL, silika , hemiselulosa dan selulosa.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian dengan judul :  Kandungan Fraksi Serat Rumput Raja pada Pemotongan Pertama dengan Pemberian Pupuk Kandang yang Berbeda.

1.2.      Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk kandang yang berbeda terhadap kandungan fraksi serat Rumput Raja pada pemotongan  pertama.

1.3.      Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan manfaat sebagai berikut :
1. Mendapatkan pengetahuan dan informasi tentang pengaruh pemberian pupuk kandang yang berbeda terhadap kandungan  fraksi serat kasar  Rumput Raja pada pemotongan pertama.
2. Sebagai pedoman serta referensi pihak terkait tentang kandungan Fraksi Serat Rumput Raja dengan pemberian pupuk kandang yang  berbeda pada pemotongan pertama.

1.4.      Hipotesis
            Hipotesis dari penelitian ini adalah dengan pemberian pupuk kandang     yang berbeda dapat menurunkan  kandungan fraksi serat (NDF, ADF, ADL, dan Hemiselulosa) pada Rumput Raja pada pemotongan pertama.





















II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1.      Sejarah  Umum Rumput Raja (Pennisetum purpupoides X Pennisetum thypoides )
Rumput Raja adalah hasil persilangan antara P.purpureum dan P.thypoides. Rumput Raja adalah jenis tanaman perenial yang membentuk rumpun, daya adaptasi yang baik di daerah tropis, tumbuh baik pada tanah yang tidak terlalu lembab dan didukung dengan irigasi yang baik. Pertumbuhan awal Rumput Raja lebih lambat dan memerlukan perawatan yang lebih intensif. Rumput Raja mempunyai karakteristik tumbuh tegak berumpun-rumpun, ketinggian dapat mencapai kurang lebih 4 m, batang tebal dan keras, daun lebar agak tegak, dan ada bulu agak panjang pada daun helaian dekat liguna. Permukaan daun luas dan tidak berbunga kecuali jika di tanam di daerah yang dingin. Rumput Raja dapat di tanam di daerah yang subur di dataran rendah sampai dataran tinggi, dengan curah hujan tahunan lebih dari 1.000 mm. Produksi hijauan Rumput Raja mencapai 40 ton rumput segar/hektar sekali panen atau setara 200-250 ton rumput segar/hektar/tahun. Mutu hijauan Rumput Raja lebih tinggi jika dibandingkan dengan Rumput Gajah Hawai ataupun rumput Afrika (BPTHMT Baturaden, 1989).
Rumput Raja merupakan tanaman tahunan tumbuh tegak membentuk rumpun, perakaran dalam, bentuk mirip dengan tanaman tebu, batang tebal dan keras. Rumput ini berdaun lebih lebar dan lebih panjang dibandingkan dengan daun rumput gajah, pada daun terdapat banyak bulu kasar dibandingkan rumput gajah, tanaman ini tidak berbunga (Suyitman dkk, 2003).
Komposisi zat hara Rumput Raja tidak banyak berbeda dibandingkan dengan Rumput Gajah. Karena produksi bahan hijauan maupun bahan keringnya tinggi, maka produksi zat-zat makanan per satuan luas menjadi lebih tinggi. Pada lahan kritis, usaha ternak dibandingkan dengan  tanaman industri dan buah-buahan tampaknya lebih menjanjikan keberhasilan (PT. Villa Domba Niaga Indonesia, 2008).

2.2.      Budidaya Rumput Raja (Pennisetum purpupoides X Pennisetum thypoides)
2.2.1.   Pengolahan Tanah
Penanaman Rumput Raja dimulai dari pengolahan tanah, bertujuan untuk mempersiapkan media tumbuh yang baik bagi tanaman dalam perkembangan sistem perakaran yang sempurna, mempertinggi ketersediaan zat-zat hara dan memperbaiki aerasi (peredaran udara dalam tanah). Dengan melakukan pembersihan lahan dari tanaman gulma, memisahkan bibit yang masih dapat digunakan untuk kemudian dilakukan pembalikan tanah serta pembuatan ulang dan rekondisi galur tanaman (Prosea, 2000).
Tahap-tahap pengolahan tanah meliputi pembersihan, pembajakan dan penggaruan atau penggemburan. Pembersihan (land clearing) dimaksudkan untuk membersihkan area yang akan diolah dari pohon- pohon atau semak-semak belukar dan alang-alang. Pembajakan bertujuan memecahkan lapisan tanah menjadi bongkahan kecil agar mempermudah penggemburan selanjutnya dengan membalik lapisan tanah diharapkan mineralisasi bahan-bahan organik berlangsung lebih cepat karena aktifitas jasad renik (mikroba) tanah diaktifkan (Dirjennak, 1999)
2.2.2.   Pemilihan Bibit         
Bibit yang baik merupakan bibit yang berasal dari stek atau sobekan rumput, umumnya berasal dari stek batang. Rumput Raja memiliki ciri-ciri batang yang keras dengan daun berbulu kasar serta memiliki bercak berwarna hijau muda. Produktivitas Rumput Raja jauh lebih tinggi dari rumput-rumput unggul lainnya (PT. Villa Domba Niaga Indonesia, 2008).
2.2.3. Penanaman
Penanaman Rumput Raja sebaiknya dilakukan setelah hujan pertama  sampai pertengahan musim hujan, sehingga pada musim kemarau, tanaman sudah dalam dan cukup kuat. Jarak penanaman rumput biasanya tergantung jenis rumput dan tingkat kesuburan tanah (Prawiradiputra dkk, 2006).
Penanaman Rumput Raja dapat dilakukan dengan stek maupun sobekan rumpun, stek terlebih dahulu dipotong-potong sepanjang 25-30 cm atau paling sedikit terdiri dari dua mata. Sedangkan bila menggunakan sobekan rumpun anak dipilih rumpun muda yang tingginya 20-25 cm. Kebutuhan bibit per hektar dengan jarak tanam 1 x 1 m adalah sebanyak 10.000 stek atau rumpun (http//duniasapi.com, 2010).
2.2.4. Pemupukan
Pemupukan dapat menggunakan pupuk kandang atau pupuk kimia. Pemupukan pertama diberikan pada saat pengolahan tanah atau perataan tanah dengan takaran untuk 10 ton/ha pupuk  kandang, 50 kg KCl dan 62,5 kg SP36 (http://pustaka.litbang.deptan.go.id, 2011). AAK (1983) menyatakan tanah yang tidak pernah dipupuk sedangkan tanah itu ditanamai terus-menerus maka kesuburan tanah akan merosot. Oleh karena itu agar peternak bisa memperoleh produksi hijauan secara kontiniu maka salah satu jalan yang harus ditempuh nya adalah pemperbaiki stuktur tanah dengan pendangiran dan pemupukan. Pemupukan secara organik  hendaknya dilakukan bersamaan pada saat pengolahan tanah itu dikerjakan, yakni seminggu sebelum hijauan ditanam. Pupuk organik sangat bermanfaat dalam perbaikan stuktur tanah dan memperbaiki kemampuan dalam menahan air.
2.2.5. Penyiangan
Penyiangan adalah melakukan pembrantasan jenis-jenis rumput liar ataupun tumbuhan yang lain yang mengganggu tanaman pokok. Gangguan terhadap tanaman pokok ini bisa berupa saingan terhadap penyerapan zat hara dan air,cahaya matahari, dan bahkan mengganggu dalam pengolahan. Itulah sebabnya semua rumput liar harus dihancurkan dengan  segera. Lebih-lebih bila rumput liar itu sampai menutup tanaman pokok, akibatnya tanaman pokok bisa mati (AKK, 1983).  Penyiangan dilakukan apabila terdapat tanaman pengganggu seperti rumput liar ataupun rumput lapangan yang tumbuh disekitar tanaman Rumput Raja, karena dapat merugikan tanaman rumput raja tersebut apabila dibiarkan (Farma, 1989).

2.2.6.   Pemanenan
Pada saat musim hujan pemanenan Rumput Raja dilakukan pada umur 40-50 hari setelah tanam, sedangkan musim kemarau berkisar antara 50-60 hari. Hal ini bertujuan untuk menyamakan pertumbuhan dan merangsang pertumbuhan jumlah anakan. Tinggi pemotongan 10-15 cm dari permukaan tanah. Pemotongan yang terlalu tinggi harus dihindari  karena akan banyak sisa batang yang mengayu (keras). Demikian juga jangan dipotong terlalu pendek, karena akan mengurangi mata atau tunas muda yang tumbuh (http//duniasapi.com, 2010).
3.2.`     Pupuk Kandang
Pupuk kandang adalah pupuk organik yang berasal dari kotoran ternak, baik berupa kotoran padat (feses) yang bercampur sisa pakan, ataupun air kencing (urine).  Pakan mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam menentukan kadar hara, jika pakan yang diberikan banyak mengandung hara N, P dan K maka kotorannya pun akan kaya dengan zat tersebut (Hardjowigeno, 1995).  Pupuk dingin adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan yang diuraikan secara perlahan oleh mikroorganisme sehingga tidak menimbulkan panas, contohnya pupuk yang berasal dari kotoran sapi, kerbau, dan babi. Pupuk panas adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan yang diuraikan mikroorganisme secara cepat sehingga menimbulkan panas, contohnya pupuk yang berasal dari kotoran kambing, kuda, dan ayam (Wikipedia, 2010).
Pupuk kandang telah lama digunakan petani. Pupuk kandang ini berasal dari kotoran hewan, seperti ayam, kambing, sapi, kerbau dan kuda. Kotoran tersebut dapat berupa kotoran padat dan cair (air seni/kencing) dengan kandungan zat hara yang berlainan (Tabel 2.1). Kandungan hara dalam pupuuk kandang cair relatif banyak. Pupuk kandang cair umumnya jarang digunakan karena air kencing hewan sulit ditampung ( Prihmantoro, 2002).
Di Indonesia pupuk kandang yang sering digunakan adalah pupuk kandang sapi, kerbau, kambing, ayam domba, dan lain sebagainya. Setiap jenis kotoran hewan tersebut memiliki kandungan unsur hara yang berbeda. Tabel 2.1 memperlihatkan perbedaan kandungan unsur hara pupuk kandang.
Tabel 2.1. Jenis dan kandungan zat hara pada beberapa kotoran ternak
Nama Ternak
Bentuk  Kotoran
Nitrogen
(%)
Fosfor
(%)
Kalium
(%)
Air
(%)
Kambing
 Padat
0.60
0.30
0.17
60
 Cair
1.50
0.13
1.80
85
Sapi
 Padat
0.40
0.20
0.10
85
 Cair
1.00
0.50
1.50
92
Kuda
 Padat
0.55
0.30
0.40
75
 Cair
1.40
0.02
1.60
90
Kerbau
 Padat
0.60
0.30
0.34
85
 Cair
1.00
0.15
1.50
92
Sumber : Lingga, (1991) dalam Prihmantoro, (2002).

Menurut hasil penelitian Saputra (2010) pemberian pupuk kandang feses sapi pada Rumput Raja memberikan pengaruh nyata meningkatkan berat segar daun dan batang, rasio kandungan bahan kering batang dan daun tapi belum dapat meningkatkan kandungan bahan kering daun dan batang serta rasio berat segar batang dan  daun pada Rumput Raja.
2.4.      Fraksi Serat dalam Bahan Pakan
Kualitas nutrisi bahan pakan merupakan faktor dalam memilih dan menggunakan bahan pakan tersebut sebagai sumber zat makanan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok dan produksinya.  Kualitas nutrisi bahan pakan terdiri atas komposisi nilai gizi, serta energi, dan aplikasinya pada nilai palatabilitas dan daya cernanya. Penentuaan nilai gizi dapat dilakukan dengan analisis proksimat tetapi dalam analisis proksimat komponen fraksi serat tidak dapat digambarkan secara terperinci berdasarkan nilai manfaatnya dan kecrnaan pada ternak. Untuk dapat menyempurnakan komponen serat tersebut dapat dianalisis menggunakan analisis Van Soest (Amalia dkk, 2000).
Serat kasar didefenisikan sebagai bahan yang masih tertinggal setelah bahan pakan direbus dalam asam dan basa. Serat kasar mengandung fraksi-fraksi selulosa, hemiselulosa dan lignin, yang dapat dikategorikan sebagai fraksi penyusun dinding sel tanaman. Defenisi tersebut berdasarkan pada nilai nutrisi dan serat kasar yang dapat dicerna oleh enzim – enzim yang dikeluarkan oleh saluran pencernaan mamalia maupun ternak nonruminansia. Kenyataan dilapangan menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap nilai nutrisi dari serat kasar, karena adanya mikrobia yang hidup didalam saluran pencernaan yang mampu memproduksi enzim yang dapat mencerna serat kasar dijadikan sumber energinya. Mikrobia tersebut hidup di rumen ternak ruminansia dan sel pencernaan belakang (sekum) ternak tertentu. Hal tersebut menyebabkan hasil analisis serat kasar pada analisis proksimat lebih bermakna pada ternak nonruminansia dari pada ternak ruminansia (Andri, 2008).
Bahan pakan asal tanaman yang berupa hijauan terdiri dari dua kelompok fraksi yaitu ; 1) fraksi penyusun isi sel dan, 2) fraksi penyusun dinding sel. Fraksi penyusun isi sel terdiri dari gula, pati, karbohidrat yang larut, pektin, nitrogen non protein, protein, lipid dan zat lain yang larut dalam air termasuk vitamin dan mineral. Fraksi penyusun isi sel ternyata larut dalam air, oleh karena itu disebut pula dengan NDS. Fraksi penyusun dinding sel terdiri dari selulosa, hemiselulosa, lignin dan silika. Fraksi ini tidak larut dalam air sehingga sukar dicerna, oleh karena itu disebut dengan NDF dan dengan demikian nutrien yang tersedia rendah (Andri, 2008).
NDF merupakan yang bersifat anionik yang berasal dari kompleks poli anionik dan merupakan garam sodium yang larut pada pH diatas 6,0 dan untuk mencegah interverensi dengan logam berat atau ion – ion logam alkali yang berasal dari tanah, diberikan EDTA (Ethylen Diamine Tetraacetid Acid) yang mampu mengikat perebusan hijauan dengan larutan lauril sulfat dan EDTA pada pH netral (7) menghasilkan larutnya semua isi sel dan meninggalkan sebagian besar komponen – komponen dinding sel, mencakup selulosa , hemiselulosa dan lignin dan beberapa ikatan nitrogen, protein , mineral dan kutikel, sedangkan pektin ikut terlarut meskipun merupakan komponen dinding sel Ekstrasi NDF merupakan reaksi no hidrolitik. ADF digunakan pada pH 4 dan yang larut pada ekstrasi ini adalah hemiselulosa dan protein dinding sel dan sisanya adalah lignin, selulosa dan fraksi non karbohidrat yang tidak larut. Secara berurutan maka NDF melarutkan pektin dan ovalin silica, sedang ADF akan melarutkan kompleks tanin protein, dan menyisakan silika. Galaktulonat diikat ADF sebagai garam – garam detergent (Andri, 2008).
Menurut Tillman dkk (1991) lignin adalah senyawa komplek yang membentuk ikatan eter dengan selulosa, hemiselulosa, protein dan komponen lain dalam jaringan tanaman dan selalu terdapat dalam senyawa kompleks dinding sel. Serat kasar suatu bahan pakan merupakan komponen kimia yang sangat berpengaruh terhadap pencernaan. Ditambahkan Jung (1989) dalam Miswandi (2009) bahwa kecernaan terhadap bahan pakan juga dipengaruhioleh kadar lignin yang terkandung dalam bahan pakan tersebut. Selain tidak dapat dimanfaatkan oleh ternak juga merupakan indeks negatif bagi mutu suatu bahan pakan, karena ikatannya dengan selulosa dan hemiselulosa membatasi kencernaan dan mengurangi energi bagi ternak.
Menurut Said (1996) selulosa hampir tidak pernah ditemui secara murni, melainkan berikatan dengan bahan lain, yaitu lignin dan hemiselulosa. Serat selulosa alami terdapat di dalam dinding sel tanaman dan material vegetatif lainnya. Hemiselulosa terdiri dari 2-7 residu yang berbeda. Jenis hemiselulosa selalu dipilih berdasarkan residu gula yang ada. Hemiselulosa ditemukan dalam tiga kelompok yaitu xylan, mannan dan galaktan. Hidrolisis hemiselulosa akan menghasilkan tiga jenis monosakarida yaitu xylan, arabinosa dalam jumlah yang lebih banyak serta glukosa dalam jumlah yang lebih sedikit. 




III. MATERI DAN METODE

3.1.      Waktu dan Tempat
Penanaman Rumput Raja  ini dilakukan di lahan pertanian milik Suprapto di Desa Laboy Jaya Kecamatan Bangkinang Seberang Kabupaten Kampar pada bulan Mei - September, kemudian dilanjutkan dengan analisis kandungan fraksi serat Rumput Raja yang dilaksanakan pada bulan Januari 2012 di laboratorium Nutrisi dan Kimia Fakultas Pertaniaan dan Peternakan UIN SUSKA Riau.
3.2.      Materi Penelitian
3.2.1.   Bahan dan Alat Penanaman Rumput Raja
            Adapun bahan dan alat yang digunakan dalam untuk penanaman Rumput Raja adalah sebagai berikut:
  1. Bibit Rumput Raja
Bibit Rumput Raja yang di gunakan berupa stek yang dipotong-potong dengan ukuran panjang 25 cm yang diperoleh dari lahan pertanian Desa Laboy Jaya Kecamatan Bangkinang Seberang Kabupaten Kampar.
  1. Area penanaman
Jenis tanah yang digunakan adalah tanah mineral, luas lahan yang digunakan untuk area penanaman Rumput Raja yaitu sekitar 24 m x 9 m = 216 m2
  1. Pupuk kandang
Pupuk yang digunakan adalah berbagai pupuk kandang yang berbeda yang terdiri dari feses sapi, feses kerbau, dan feses kambing diperoleh dari peternakan rakyat di bangkinang Seberang. Dosis pupuk yang digunakan masing-masing feses yaitu sebanyak  0,6 kg / lubang tanam.
Alat – alat yang digunakan dalam penanaman adalah, Cangkul , Parang, Pisau, Soil tester digunakan sebagi pengukur pH ,Selang, Mesin Sanyo digunakan untuk penyiraman.
3.2.2.   Bahan dan Alat Analisis Fraksi Serat Rumput Raja
Adapun bahan- bahan yang digunakan dalam analisis adalah sampel Rumput Raja yang sudah dihaluskan, Aquadest 1 liter , Natrium- Lauryl Sulfat 30 gram, Tittriplex III 18,61 gram, Natrium borat 10 H2 6,81 gram, Disodium Hydrogen Phosphate Na2HPO4 4,58 gram, H2SO4 1 N : 27,26 ml, CTAB ( Cetyl-Trimethyl Ammonium Bromide) : 20 gram, Oktanol, Alkohol 96 %.
Alat –alat yang digunakan dalam analisis ini adalah Gelas piala 1.000 ml, Spatula, Pipet tetes, Timbangan analitik, Fibertex yang dilengkapi dengan hot extraction dan cold extraction, Pemanas, Listrik , Oven , Tanur,  Desikator, Gelas Ukur.
3.3.      Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 3 kelompok. Dengan rincian perlakuan sebagai berikut :
A. Rumput Raja ditanam tanpa menggunakan pupuk kandang
B. Rumput Raja ditanam dengan Pupuk kandang feses kambing (10 ton/ha)
C. Rumput Raja ditanam dengan Pupuk kandang feses sapi (10 ton/ha)
D. Rumput Raja ditanam dengan Pupuk kandang feses kerbau (10 ton/ha)
Bagan percobaan di lapangan yang terdiri dari 4 perlakuan 3 kelompok dapat dilihat pada Lampiran 1 dan bagan tanaman yang akan diambil datanya dapat dilihat pada Lampiran 2. Data yang diperoleh akan diolah dengan analisis sidik ragam menurut RAK, jika terdapat pengaruh antar perlakuan, maka dilakukan uji lanjut dengan DMRT (Mattjik dan Sumertajaya,  2006).


3.4.      Pelaksanaan Penelitian
A.    Penanaman Rumput Raja
Pengolahan Lahan
(Pengolahan lahan dawalin dengan pembersihan lahan dari rumput-rumputan)
Penanaman Rumpt Raja dapat dilihat pada Gambar 3.1 dibawah ini:

                                                                                                                                                                                              
Pemberian Pupuk Kandang
(Pemberian pupuk kandang masing-masing lubang sebanyak 0,6 kg)
 

Analisis Fraksi Serat Rumput Raja
(Analisis fraksi serat dilakukan di laboratorium FAPERTAPET Uin Suska Riau)
Persiapan Bibit Rumput Raja
(Sebelum bibit ditanam bibit dibersihkan dari pelepahnya)
Penanaman Rumput Raja
(Rumput Raja ditanam 2 stek setiap lubang)
Pemeliharaan Rumput Raja
(Pemeliharaan dilakukan dengan penyiram dan penyiangan)
Pemanenan Rumput Raja
(Pemanenan dilakukan pada saat Rumput Raja umur 60 hari)
 














          Gambar. 3.1. Proses Penanaman Rumput Raja

B.        Prosedur Analisis Fraksi Serat (Febrina dkk 2010)
   1.      Analisis Kandungan Neutral Detergent Fiber  (NDF)
            Cara kerja analisis kandunga Neutral Detergen Fiber (NDF) adalah sebagai berikut :
1.      Ditimbang masing-masing sampel sebanyak 0,5 gram (a), dimasukan kedalam crusibel.
2.      Crucible diletakkan pada fibertex hot extraction, ditambahkan 50 ml larutan NDS. Dipanaskan sampai mendidih, setelah mendidih diteteskan octanol pada sampel yang berbuih, lalau panas optimumkan dilakukan selama 1 jam.
3.      Setelah selesai di ekstraksi selama 1 jam dilakukan penyaringan dengan pemakuman   pada fibertex hot extraction kemudian dibilas dengan air panas.
4.      Crusibel dipindahkan pada Fibertex Cold Extraction, dilakukan pembilasan dengan aceton/alcohol 96%
5.      Crusibel dan sampel diovenkan pada suhu 1350 C selama 2 jam, kemudiaan didinginkan dalam desikator dan ditimbang (c).
6.      Crusibel dan sampel yang telah diovenkan dan ditimbang beratnya dilakukan pengabuaan dalam tanur pada sushu 525-5500 C selama 3 jam, lalu didinginkan dalam desikator dan di timbang (b).
Rumus : % NDL =  
2.    Analisis Kandungan Acid Detergent Fiber (ADF)
Cara kerja analisis kandunga Acid Detergen Fiber (ADF) adalah sebagai berikut :
1.      Ditimbang masing-masing sampel sebanyak 0,5 gram (a), dimasukkan ke dalam crucible.
2.      Crusibel diletakkan pada Fibertex Hot Extraction, tambahkan 50 ml larutan ADS. Dipanaskan sampai mendidih, setelah mendidih diteteskan octanol pad sampel yang berbuih, lalu panas dioptimumkan dan dilakukan ekstraksi selama 1 jam
3.      Setelah selesai diekstraksi selama 1 jam dilakukan penyaringan dengan pemakuman pada Fibertex Hot Extraction dan dibilas dengan air panas.
4.      Crucible dipindahkan pada Fibertex Cold Extraction kemudian dibilas dengan aceton/alcohol 96%.
5.      Crucible dan sampel diovenkan pada suhu 1350 C selama 2 jam, kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang (c).
6.      Crusibel dan sampel yang telah diovenkan dan ditimbang beratnya dilakukan pengabuan dalam tanur pada suhu 525-5500 C selama 3 jam, lalu didinginkan dalam desikator dan ditimbang (b).
Rumus : % ADF =  
         3.  Analisis Kandungan Hemiselulosa
Hemiselulosa = % NDF - % ADF    
4.   Analisis Kandungan Acid Detergent Lignin (ADL)
   Cara kerja analisis kandunga Acid Detergen Lignin (ADL) adalah sebagai berikut :
1.      Ditimbang masing-masing sampel sebanyak 0,5 gram (a), dimasukkan kedalam crusibel.
2.      Crusibel diletakkan pada Fibertex Hot Extraction, tambahkan 50 ml larutan NDS. Dipanaskan sampai mendidih, setelah mendidih diteteskan octanol pada sampel yang berbuih, lalu panas dioptimumkan dan dilakukan ekstraksi selama 1 jam.
3.      Setelah selesai diekstraksi selama 1 jam dilakukan penyaringan dengan pemakuman pada Fibertex Hot Extraction kemudian dibilas dengan air panas.
4.      Crusibel dan sampel dipindahkan pada Fibertex Cold Extraction dan dibilas dengan aceton/alcohol 96%.
5.      Dilakukan perendaman dengan HSO4 72% selama 3 jam, kemudian dibilas dengan air panas.
6.      Crusibel dan sampel diovenkan pada suhu 1350 C selama 2 jam, kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang (c).
7.      Crusibel yang telah diovenkan dan ditimbang beratnya dilakukan pengabuan dalam tanur pada suhu 525-5500 C selama 3 jam, lalu didinginkan dalam desikator dan ditimbang (b).
Rumus : % ADL =  
3.5.     Peubah Yang Diamati
Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah kandungan fraksi serat Rumput Raja yang meliputi NDF(Neutral Detergent Fiber) , ADF (Acid Detergent Fiber), ADL (Acid Detergent Lignin)  dan Hemiselulosa.
3.6.      Analisis Data
   Data yang diperoleh diolah dengan analisis sidik ragam menurut RAK. Menurut Mattjik dan Sumertajaya (2006), model linier rancangan acak kelompok adalah sebagai berikut:
Yij=μ+ αi + βj + εij
Keterangan:
Yij       :    Nilai pengamatan satuan percobaan yang memperoleh perlakuan ke-i dan pada kelompok ke-j
μ          :    Nilai tengah umum
α1         :    Pengaruh perlakuan ke-i
βj         :    Pengaruh kelompok ke-j
εij         :    Pengaruh galat percobaan pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j





Tabel 3.1 Analisis Ragam

Sumber Keragaman
Db
JK
KT
F Hitung
F Tabel
0.05
0.01
Kelompok
Perlakuan
Galat
r-1
t-1
(r-1) (t-1)

JKK
JKP
JKG

KTK
KTP
KTG

KTK/KTG
KTP/KTG
-
-
-
-
-
-
-
Total
rt-1
JKT
-
-
-
-

Keterangan :
 Faktor Koreksi (
Jumlah Kuadrat Total (JKT) = ∑Yij2 – FK
Jumlah Kuadrat Kelompok
Jumlah Kuadrat Perlakuan
Jumlah Kuadrat Galat = JKT – JKK – JKP
Bila terdapt pengaruh pada perlakuaan maka dilakukan dengan uji jarak Duncan (DMRT). Menurut Mattjik dan Sumertajaya  (2000), rumus Uji Jarak Duncan adalah sebagai berikut: 

UJDα = Rα (ρ ; db galat) x
Keterangan :
α          : Taraf Uji Nyata
ρ          : Banyaknya Perlakuan
R         : Nilai dari Tabel Uji Jarak Duncan
3.7.      Rancangan Anggaran Biaya
            Adapun anggaran biaya yang dibutuhkan dalam penelitian ini  dapat dilihat pada Tabel 3.2.


Tabel 3.2. Rancangan Anggaran Biaya
No      Bahan
Volume
Satuan
Harga
Satuan(Rp)

Harga (Rp)
          Bahan dan Alat
1.     Pupuk feses sapi               4                      karung           20.000                  80.000
2.      Pupuk feses kambing        4                      karung           20.000                  80.000
3.      Pupuk feses kerbau           4                      karung           20.000                  80.000
4.      Plastik                               1                      kg                  10.000                  10.000
5.      Paku payung                     6                      kotak               1.000                   6.000
6.      Bibit Rumput Raja            3                      karung           50.000                150.000
7.      Cangkul                             1                      buah              50.000                  50.000
8.      Parang                               1                      buah              30.000                  30.000
9.      Pisau                                  1                      buah              15.000                  15.000
10.  sewa mesin sanyo              1                      unit              200.000                200.000
11.  sewa Soil tester                 1                      unit                10.000                  10.000
12.  sewa oven                         1                      unit                20.000                 20.000
13.  sewa tanur                         1                      unit                20.000                 20.000
14.  selang                              20                      meter             10.000                200.000
15.  Bensin                             15                      liter                  5.000                  75.000
16.  Analisis ADF                  12                      sampel           30.000                360.000
17.  Analisa NDF                   12                      Sampel          30.000                360.000
18.  Analis ADL                    12                      Sampel          30.000                360.000
19.  Daftar seminar                  -                          -                    -                        100.000
20.  Penggandaan Proposal      1                      pakat           100.000                100.000
21.  Daftar seminar hasil          -                          -                       -                     100.000
22.  Penggandaan laporan        1                      paket            130.000                130.000
23.  Jilid proposal                     1                      paket              30.000                 30.000
24.  Daftar ujian munaqasah    -                         -                        -                     200.000
25.  Jilid skripsi                        1                      paket            300.000               300.000
Total




3.020.000

          Jadi anggaran biaya yang dibutuhkan dari awal sampai pada akhir penelitian ini adalah: Tiga juta dua puluh ribu rupiah
3.8.    Jadwal Pelaksanaan Penelitian
          Kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan dari awal sampai pada akhir penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.3

Tabel.3.3. Jadwal Kegiatan Penelitian
No
Kegiatan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
Pembuatan proposal




















2
Seminar proposal




















3
Perbaikan proposal




















4
Persiapan sampel




















5
Analisis sampel




















6
Pengolahan data




















7
Seminar hasil




















8
Revisi hasil




















9
Ujian skripsi




















10
Revisi skripsi




















11
Penyerahan skripsi




















Tidak ada komentar:

Posting Komentar