Jumat, 02 Maret 2012

produksi rumput sataria


I.                   PENDAHULUAN




1.1. Latar Belakang
Hijauan pakan merupakan salah satu bahan makanan ternak yang sangat diperlukan dan besar manfaatnya bagi kelangsungan populasi ternak ruminansia seperti sapi, kerbau dan kambing. Kebutuhan akan hijauan pakan ini akan semakin bertambah sesuai dengan populasi ternak yang ada. Namun produksi hijauan untuk pakan masih belum tercukupi. Produksi hijauan pakan sepanjang tahun berbeda-beda tergantung pada musim. Pada musim hujan produksi hijauan pakan  berlimpah, sedangkan pada musim kemarau produksinya berkurang. Demi ketersediannya hijauan pakan tetap ada sepanjang tahun, diperlukan budidaya hijauan pakan dengan cara penanaman jenis hijauan yang unggul. Budidaya pakan hijauan yang baik akan menjaga ketersediaan pakan sehingga kebutuhan ternak tercukupi.
Hijauan merupakan bahan pakan yang banyak mengandung karbohidrat dalam bentuk gula sederhana, pati dan fruktosa yang sangat berperan dalam menghasilkan energi bagi kelangsungan hidup ternak. AAK (1983) menyatakan bahwa hijauan segar umumnya terdiri atas daun-daunan yang berasal dari rumput-rumputan, tanaman biji-bijian/jenis kacang-kacangan, contoh hijauan segar antara lain: (1) Rerumputan, terdiri atas: Rumput Gajah (Pennisetum purpureum), Rumput Benggala (Pennisetum maximum), Rumput Setaria (Setaria sphacelata), Rumput Brachiaria (Brachiaria decumbens), Rumput Mexico (Euchlaena mexicana) dan Rumput Raja . 2) Kacang-kacangan, terdiri atas: Lamtoro (Leucaena leucocephala), Stylo (Stylosantes guyanensis), Centro (Centrocema pubescens), Pueraria phaseoloides, Calopogonium muconoides dan jenis kacang-kacangan lain dan (3) Dedaunan, terdiri atas: daun nangka, daun pisang, daun turi dan daun petai cina (Priyono, 2009).
Salah satu hijauan pakan yang unggul adalah Rumput Raja namun untuk mencapai produksi yang tinggi perlu dilakukan sistem budidaya yang baik, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalm budidaya antara lain pengolahan lahan, pemilihan bibit, pemupukan, penanaman, pemeliharaan dan pemanenan. Setiap tanaman membutuhkan tanah yang gembur dan subur. Untuk itu, harus dilakukan pengolahan tanah sebelum dilakukan penanaman, dengan tujuan untuk menyiapkan media tanam yang optimal bagi tanaman. Pemilihan bibit yang baik merupakan langkah awal yang baik untuk membudidayakan tanaman. Pada dasarnya, perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara generatif (dengan biji) dan secara vegetatif (tidak dengan biji).
Rumput Raja memiliki produksi tinggi dibandingkan rumput lainnya, yaitu 40 ton/ha (Dirjen Peternakan, 2004).  karena memiliki produksi yang tinggi maka Rumput Raja membutuhkan zat hara yang baik, yang dapat diproleh dari pupuk kandang (organik) dan an-organik. Pupuk kandang dapat diperoleh dari feses kambing, feses sapi dan feses kerbau, pupuk kandang berperan baik terhadap proses pertumbuhan tanaman serta ketersediaan dari pupuk kandang masih banyak  hal ini didukung dengan populasi ternak kambing, sapi dan kerbau yang makin bertambah.
Yuliarti (2009) menjelaskan bahwa pupuk organik merupakan hasil akhir dari penguraian bagian atau sisa-sisa tanaman dan hewan. Penggunaan pupuk organik dapat memperbaiki struktur tanah, sehingga tanah mudah diolah dan mudah ditembus akar tanaman. Pupuk an-organik yaitu pupuk yang dibuat dari pabrik seperti Urea, TSP, KCl dan lain-lain. Pemakaian pupuk an-organik secara terus-menerus dapat merusak struktur tanah sehingga tanah sukar diolah.
Pertumbuhan dan produksi bahan kering hijauan  Rumput Raja pada tanah masam dengan penerapan pupuk organik lebih baik dibanding penerapan pupuk urea atau tanpa pupuk.  Peningkatan kandungan bahan organik tanah sampai tingkat 4,5% C organik terbukti dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi bahan kering hijauan Rumput Raja pada kondisi lapang. Responsibilitas peningkatan C organik tanah dengan penerapan pupuk organik terhadap penampilan Rumput Raja pada tanah masam lebih tinggi dibanding dengan pupuk urea (Sumarsono dkk., 2010).
Berdasarkan potensi Rumput Raja dan pupuk kandang terhadap produksi Rumput Raja telah dilaksanakan penelitian untuk mengetahui produksi berat segar maupun berat kering yang dihasilkan oleh Rumput Raja dengan pemberian pupuk kandang yang berbeda pada pemotongan  pertama.


1.2. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk kandang yang berbeda terhadap jumlah anakan, produksi berat segar, produksi berat kering dan bahan kering dari Rumput Raja pada pemotongan  pertama.






1.3. Manfaat Penelitian
1.      Mendapatkan informasi tentang produksi Rumput Raja dengan pemberian pupuk kandang yang berbeda pada pemotongan pertama.
2.      Sebagai referensi pihak terkait dalam meningkatkan produksi hijauan pakan terutama Rumput Raja dengan pemberian pupuk kandang yang berbeda pada pemotongan pertama.

1.4. Hipotesis
Pemberian pupuk kandang feses kerbau pada Rumput Raja memberikan produksi lebih tinggi terhadap jumlah anakan, produksi berat segar, berat kering dan berat bahan kering dibandingkan pemberian pupuk kandang feses kambing dan sapi pada pemotongan pertama.












II.                TINJAUAN PUSTAKA           




2.1.  Gambaran Umum Rumput Raja (Pennisetum purpureum x pennisetum typhoides)

Rumput Raja adalah hasil persilangan antara Pennisetum purpureum         dan pennisetum typhoides. Rumput Raja adalah jenis tanaman parenial yang membentuk rumpun, daya adaptasi tinggi didaerah tropis, tumbuhan baik pada tanah yang tidak terlalu lembab dan didukung dengan irigasi yang baik (BPTHMT Baturaden, 1989 dalam Sinaga, 2007). Menurut Reksohadiprodjo (1985), Rumput Raja memiliki sistimatika sebagai berikut:  Phyllum : Spermatophyta ; Sub Phyllum : Angiospermae ; Classis : Monocotyledoneae ; Ordo : Glumiflora ; Familia : Gramineae ; Sub Familia : Panicurdeae ; Genus : Pennisetum ;   Species : Pennisetu-m hibrida/Pennisetum purpupoides.
Rumput Raja merupakan jenis rumput unggul, mudah ditanam dan dapat tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi. Rumput Raja berasal dari Nigeria dan tersebar luas di seluruh Afrika Tropik. Rumput Raja biasanya dikembangkan dengan stek batang atau pols dan mampu tumbuh baik pada tanah ringan sampai berat. Rumput Raja dapat tumbuh pada ketinggian 0-3000 m di atas permukaan air laut dengan curah hujan tahunan sebesar 1000 m atau lebih (Reksohadiprojo, 1994 dalam Sinaga, 2007). Produksi Rumput Raja dapat mencapai lebih dari 290 ton/ha/tahun dalam bahan segar dan tahan kering (Prayitno, 2010). Rumput Raja tampak keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 2.1.
http://cybex.deptan.go.id/files/Picture4_0.png

Gambar 2.1. Rumput Raja (tampak keseluruhan)

2.2.  Budidaya Rumput Raja
2.2.1.           Pengolahan Tanah   
Pengolahan tanah merupakan suatu perlakuan mekanis terhadap sebidang tanah dengan tujuan untuk mencipkan sifat fisik tanah yang baik bagi kehidupan dan pertumbuhan tanaman. Tahapan pengolahan tanah ini meliputi pembersihan, pembajakan/pencangkulan, penggaruan. Pembersihan areal ini dimaksudkan agar dalam proses pembajakan/pencangkulan tidak terganggu dengan adanya semak belukar dan tunggul. Pembajakan tanah perlu dilakukan dengan tujuan untuk memecah lapisan tanah menjadi bongkah-bongkahan agar mempermudah proses penggemburan. Untuk memperoleh kondisi tanah yang gembur maka perlu dilakukan penggaruan, selain untuk menggemburkan tanah penggaruan juga bertujuan untuk membersihkan akar-akar yang tertinggal setelah proses pengolahan tanah dilakukan (Baharuddin dan Muliwarni, 2011)
Hutasoit dkk, 2009, menambahkan bahwa pengolahan tanah bertujuan untuk mempersiapakn media tumbuh bagi hijauan sebab tanah yang diolah dengan baik akan menjamin perkembangan perakaran yang sempurna. Semakin baik dalam proses pengolahan tanah maka akan memudahkan proses penanaman maupun pembentukan petakan sesuai dengan dengan kebutuhan. Pengolahan tanah yang sempurna akan mengurangi biaya untuk penyiangan maupun penyisipan tanaman yang tidak tumbuh. Pengolahan tanah sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan.
2.2.2. Pemupukan Dasar
Salah satu cara untuk meningkatkan produksi hijauan pakan  yaitu dengan mempertahankan dan memperbaiki kesuburan tanah dengan cara pemupukan. Pemupukan adalah pemberian zat-zat makanan kepada tanaman lewat tanah agar memperoleh produksi hijauan yang tinggi dan kontinyu (Http://sumbar.litbang, 2009). Pemberian pupuk dasar dilakukan setelah proses pengolahan tanah selesai, jenis pupuk yang digunakan berupa pupuk organik dan an organik.
 Penggunaan pupuk organik dan anorganik sangat berperan aktif dalam tanaman, memberikan zat-zat makanan kepada tanaman agar zat makanan dalam tanah yang hilang atau diserap tanaman bisa diganti sehingga dapat memperbaiki struktur tanah (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).  Pemupukan Rumput Raja dapat menggunakan pupuk kandang dan pupuk kimia, pupuk kandang sebanyak dapat diberikan 10 ton/ha yang diberikan pada saat pengolahan atau pada saat perataan tanah sedangkan untuk pupuk buatan berupa Urea 62,5 kg SP36 dan 50 kg KCl. Pada saat tanaman berumur dua minggu diberikan pupuk urea dengan dosis 100kg/ha (BP2TP, 2011).


2.2.3. Pemilihan Bibit
Penanaman Rumput Raja dapat dilakukan dengan cara biji, anakan dan stek. Penggunan bibit yang baik berarti dapat mengefisienkan waktu, tenaga dan biaya serta jaminan memperoleh pertumbuhan yang baik. Bila menggunakan stek batang, maka stek hendaknya diperoleh dari potongan batang yang cukup umur dan sehat, memiliki 2 mata tunas atau panjang 30 cm (BPTP, 2010)
AAK (1983) menambahkan, kondisi stek yang memiliki ruas yang terlalu panjang membuktikan bahwa stek tersebut kondisinya masih muda, stek yang masih muda kurang baik untuk dijadikan bibit karena kandungan karbohidrat atau energi pertumbuhannya masih rendah. 
2.2.4. Penanaman  
Penanaman Rumput Raja dapat dilakukan pada awal musim hujan dan sebaiknya pada lingkungan yang lembab, tetapi Rumput Raja juga tahan terhadap panas yang cukup tinggi.  Waktu yang baik penanaman Rumput Raja adalah pada musim penghujan, agar mempercepat pertumbuhan tanaman. Penanaman Rumput Raja dilakukan dengan cara stek batang, anakan dan biji. Penanaman yang dilakukan biasanya dengan cara stek karena lebih mudah dari pada penanaman dengan biji ataupun anakan. Jarak tanam rumput tergantung jenis rumput dan tingkat kesuburan tanah. Pada umumnya berkisar antara 40 cm Í 40 cm atau disesuaikan dengan kondisi tanah (Prawiradiputra dkk, 2006).  
Untuk memperoleh produksi yang baik, tahap pemeliharaan perlu dilakukan, tahapan ini meliputi penyulaman, penyiangan dan pembumbunan serta pemupukan.

Penanaman pada daerah irigasi, sebaiknya dilakukan setelah hujan pertama sampai pertengahan musim hujan, sehingga pada musim kemarau, akar tanaman sudah dalam dan cukup kuat. Penanaman dilakukan sesuai dengan bibit yang digunakan yaitu untuk penanaman dengan cara stek dilakukan dengan cara memasukan lebih kurang 3/4 bagian dari panjang stek dengan kemiringan lebih kurang 30 derajat atau dapat juga dengan cara stek terlentang dalam lubang tanam, sedangkan untuk pols (sobekan akar) proses penanaman dilakukan dengan cara tegak sepeti proses penanaman padi, dengan kebutuhan tiap lubang 2 pols. Tujuh hari setelah proses penanaman, air dialirkan secukupnya ke lahan tanaman tersebut dan penyulaman dilakukan apabila terdapat stek atau pols yang mati (Annas, 2007). Contoh penanaman Rumput Raja dengan cara stek dapat dilihat pada Gambar 2.2.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhO_SggX8bY7Uu_ldDxQSFpXqUh31fI1PP9YzFkeyt55v28CTX9tB8xKWAQq9z2BQHzy34uKB31ckr2QLLeD5y33lG03kQ_qxLCh8HZJ6aUGg75u_fbBQYqJrFJnvIoGnblG9zX_dPc6GIU/s400/6.Rumput+Raja.jpg 











Sumber:  Annas 2007
Gambar 2.2. Penanaman Rumput Raja dengan Stek







2.2.5. Pemeliharaan 
Penyiraman
Air sangat dibutuhkan tanaman terutama untuk mempermudah penyerapan zat-zat makanan dari dalam tanah. Rumput Raja banyak membutuhkan air pada saat awal proses pertumbuhan, namun kebutuhan akan air ini tidak sebanyak tanaman hortikultura. Pada musim kemarau tanaman perlu disiram tetapi pada musim hujan penyiraman dapat dihentikan (Yandianto, 2003).
Najiyati dan Danarti 1989 menjelaskan air memiliki peran penting dalam proses  pertumbuhan tanaman yaitu 1) air berperan sebagai pelarut dalam tanah sehingga mempermudah dalam proses pengangkutan unsur hara, 2) mempertahankan ketegapan tanaman jika kurang air tanaman akan layu dan mati, 3) air berperan sebagai pengontrol suhu pada saat terik matahari.
Penyiangan 
Penyiangan sangat diperlukan, karena tanaman yang tidak disiangi akan bersaing dengan gulma dalam mendapatkan unsur hara, sehingga menghambat pertumbuhan tanaman. Penyiangan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu secara manual dan kimia. Secara manual dapat dilakukan dengan cara membersihkan sekeliling tanaman menggunakan cangkul, sedangkan cara kimia dengan menggunakan herbisida (Crowder and Chedda, 1982).
Tanaman pengganggu atau yang biasa disebut dengan gulma sangat perlu diperhatikan karena gulma ini mampu menurunkan produksi tanaman budidaya. Gulma mampu lebih cepat mengambil unsur hara dari dalam tanah dibandingkan dengan tanaman budidaya. Beberapa kerugian yang diakibatkan oleh gulma adalah menambah biaya pengelolaan karena menambah upah buruh untuk melakukan penyiangan. Banyaknya gulma pada areal tanam maka dapat mengakibatkan sarang bibit penyakit yang dapat mengganggu tanaman pokok (Arief, 1992).          
Pendangiran
Permukaan tanah bisa menjadi padat akibat air hujan yang lebat. Tanah yang padat harus digemburkan kembali. Tujuan dari pendangiran yaitu:                         1) menggemburkan tanah kembali agar proses peredaran udara dan  air di dalam tanah lebih sempurna, 2) mengurangi penguapan air di dalam tanah, 3) menambah efisiensi penyerapan pupuk sehingga pertumbuhan anakan atau tunas-tunas baru akan lebih banyak. Biasanya pendangiran dilakukan bersamaan dengan penyiangan setelah tanaman berumur satu bulan atau tergantung dari pertumbuhan gulma (AAK, 1983).
Pemupukan susulan 
Pemupukan susulan dilakukan pada saat umur tanaman 2 minggu dengan cara menaburkannya pada larikan, dengan jenis pupuk yang digunakan yaitu pupuk urea. Pupuk urea ini dapat di berikan sebanyak 150 – 200 kg/ha/tahun dan pemupukan ini diulang setelah 2-4 kali pemotongan (Damanik, 2010).
2.2.6.      Pemanenan 
 Pemanenan merupakan tahap akhir dari setiap budidaya tanaman. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses penanaman yaitu frekuensi dan cara pemanenan. Selain mempengaruhi kualitas produksi, pemanenan yang dilakukan dengan benar tidak akan merusak bagian tanaman (Widyastuti, 1996).
          Untuk menyeragamkan pertumbuhan dan merangsang jumlah anak yang lebih banyak, sebaiknya pemotongan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 2 – 3 bulan sejak tanam. Untuk pemotongan selanjutnya dapat dilakukan  setiap 40 hari sekali dimusin hujan dan 60 hari dimusim kemarau.  Tinggi  pemotongan akan mempengaruhi pertumbuhan hijauan selanjutnya, dimana pemotongan yang telalu tinggi akan menyebabkan tunas yang keluar tumbuhnya kerdil, sedangkan pertumbuhan dari anakan tidak bisa berkembang.
  Pemotongan yang terlalu pendek menyebabkan pertumbuhan berikutnya  semakin lambat pula hal ini disebabkan persedian energi (karbohidrat) dan pati yang tinggal pada tunggul terlalu sedikit. tingginya pemotongan pada Rumput Gajah, Rumput Benggala, Rumput raja, Rumput Setaria  dianjurkan 10 cm dari permukaan tanah (BPTP, 2011). Pemanenan pada saat hijauan masih terlalu muda dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan produksinya belum mencapai tingkat yang maksimal (Sofyan, 2009).

2.3.  Pupuk Kandang
Menurut Http://sumbar.litbang (2009) pupuk kandang adalah limbah ternak yang berasal dari campuran kotoran hewan dalam bentuk organik yang dapat digunakan untuk memperbaiki sifat-sifat tanah dan meningkatkan hasil hijauan pakan. Sutedjo (1987) menambahkan bahwa pupuk kandang merupakan salah satu dari pupuk organik yang memiliki fungsi penting yaitu: (1) untuk menggemburkan tanah, (2) meningkatkan populasi jasad renik, (3) meningkatkan daya serap dan daya simpan air, yang keseluruhannya dapat meningkatkan kesuburan tanah. Tabel 2.1 memperlihatkan kelebihan dan kekurangan dari pupuk organik dan an-organik.
Dalam proses penanaman Rumput Raja dapat diberikan pupuk kandang sebanyak 10 ton/ha (Dinas Peternakan, 2004). Simamora dan Salundik (2006) dalam Abdullah (2007) menambahkan bahwa pupuk organik mengandung unsur-unsur hara lengkap atau zat-zat makanan yang diperlukan tanaman tetapi jumlahnya sedikit, sedangkan pupuk an-organik umumnya hanya mengandung beberapa unsur hara tetapi jumlahnya banyak.
Tabel 2.1. Perbandingan Pupuk Organik dan An-Organik
No
Pupuk Organik
No
Pupuk An-Organik
1.



2.


3.


4.



5.



6.
Mengandung unsur hara makro dan mikro yang lengkap tapi jumlahnya sedikit.

Dapat memperbaiki struktur tanah sehingga menjadi gembur.

Memiliki daya simpan air yang tinggi.

Beberapa tanaman yang dipupuk organik lebih tahan terhadap penyakit.

Meningkatkan aktifitas mikroorganisme tanah yang menguntungkan.

Memiliki efek residu yang positif.
1.



2.





3.


4.


Hanya mengandung salah satu  atau beberapa unsur hara, tetapi
jumlahnya banyak.

Tidak dapat memperbaiki struktur tanah, justru pengguna-an dalam jangka waktu panjang menyebabkan tanah menjadi keras.

Sering membuat tanaman rentan
terhadap hama penyakit.

Mudah menguap dan tercuci, karena unsur haranya akan hilang akibat menguap dan tercuci.
Sumber : Simamora dan Salundik (2006) dalam Abdullah (2007)

Affandi (2008) melaporkan bahwa dalam penggunaan pupuk buatan dapat menyebabkan rusaknya struktur tanah. Akibat penggunaan pupuk buatan secara terus menerus akan memberi dampak pada perkembangan akar tanaman menjadi tidak sempurna. Hal ini akan berpengaruh terhadap produksi tanaman yang ditanam pada tanah yang biasa diberikan pupuk buatan. Penggunaan pupuk buatan yang terus menerus menyebabkan ketergantungan akan pupuk dan lahan sukar diolah. 
Feses ternak merupakan pupuk kandang yang cukup mengandung unsur hara N, P dan K. Hal tersebut sesuai pernyataan Yusuf (2009), feses ternak memiliki 3 unsur hara penting yaitu Nitrogen (N), Phospor (P), dan Kalium (K). Selain ketiga unsur hara tersebut, pupuk kandang juga memiliki kandungan unsur hara mikro yang sangat lengkap walaupun dalam jumlah sedikit, ketiga jenis unsur N, P dan K memiliki jumlah yang berbeda pada setiap ternak. Perbedaan jumlah unsur hara yang terkandung pada setiap ternak dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Hardjowigeno (2007) menambahkan fungsi dari unsur hara Nitrogen, Phospor, dan Kalium yaitu sebagai berikut:
a.       Nitrogen
Unsur hara nitrogen dapat memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman. Tanaman yang tumbuh pada tanah yang cukup N maka daunnya berwarna lebih hijau dan N juga berfungsi sebagai pembentukan protein.
b.      Phospor
Phospor memiliki fungsi sebagai perkembangan akar dan dapat memperkuat batang agar tidak mudah roboh.
c.       Kalium
Fungsi dari kalium yaitu sebagai pembuka stomata (mengatur pernapasan dan penguapan), mempertinggi daya tahan terhadap kekeringan dan penyakit daun serta sebagai perkembangan akar.
Unsur hara makro maupun mikro yang terkandung dalam feses sapi, kambing dan kerbau sangat dibutuhkan oleh semua tanaman begitu juga halnya dengan Rumput Raja, unsur hara tersebut dapat mempengaruhi perkembangan dan produksi tanaman. Unsur hara makro terdiri dari Karbon (C), Hidrogen (H), Oksigen (O), Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Calsium (Ca), Magnesium (Mg), dan unsur hara mikro terdiri dari Belerang (S), Besi (Fe), Mangan (Mn), Tembaga (Cu), Seng (Zn), Molibdenum (Mo), Boron (Bo) dan Khlor (Cl).
Tabel 2.2. Komposisi Unsur Hara dari Kotoran Ternak yang Berbeda
Jenis Ternak
Kadar Hara (%)
Nitrogen
Phospor
Kalium
Air
Kuda
-          Padat
-          Cair

0,55
1,40

0,30
0,02

0,40
1,60

75
90
Sapi
-          Padat
-          Cair

0,40
1,00

0,20
0,50

0,10
1,50

85
92
Kerbau
-          Padat
-          Cair

0,60
1,00

0,30
0,15

0,34
1,50

85
92
Kambing
-          Padat
-          Cair

0,60
1,50

0,30
0,13

0,17
1,80

60
85
Domba
-          Padat
-          Cair

0,75
1,35

0,50
0,05

0,45
2,10

60
85
Sumber : Yusuf (2009)

Menurut Ende dan Taylor (1969) dalam Sumarsono (2010), pupuk organik yang dikembalikan melalui pupuk kandang selain sebagai sumber bahan organik tanah juga sebagai sumber hara bagi pertumbuhan tanaman. Berdasarkan hasil penelitian Saputra (2010) menyimpulkan bahwa Rumput Raja dengan pemberian pupuk kandang feses sapi dan pupuk buatan NPK dapat meningkatkan produksi berat segar daun dan batang, tetapi belum dapat meningkatkan kandungan bahan kering daun dan batang serta rasio batang dan daun Rumput Raja.



III.              MATERI DAN METODE




3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juli sampai bulan September 2011 di lahan Suprapto  Desa Laboy Jaya Kecamatan Bangkinang Seberang Kabupaten Kampar. Analisis Kandungan Unsur Hara N,P dan K pada feses kambing, feses sapi dan feses kerbau dilakukan di Laboratorium Tanah dan Tanaman Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau dan penimbangan berat bahan kering dilakukan di Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN Suska Riau.


3.2. Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan adalah sebagai berikut:
1.      Bibit Rumput Raja
Bibit Rumput Raja yang digunakan berupa stek batang dengan panjang 25 cm yang diperoleh dari UPTD peternakan sapi perah Kuapan Kabupaten Kampar.
2.      Lahan
Lahan yang digunakan adalah tanah mineral dengan luas lahan 203 m2            (7 m x 29 m).
3.      Pupuk Kandang
Jenis pupuk kandang  yang digunakan yaitu  feses kambing, feses sapi, dan  feses kerbau yang diperoleh dari peternak dengan dosis 0,6 kg/lubang tanam.
Alat yang digunakan adalah soil tester, cangkul, timbangan, meteran, tali, parang, kalkulator, mesin air, alat tulis dan lain-lain.
3.3. Metode Penelitian
   Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen dengan Rancangan Acak kelompok (RAK) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 3 kelompok. Perlakuan yang diteliti adalah sebagai berikut:
Perlakuan A.   Rumput Raja yang ditanam tanpa menggunakan pupuk kandang
Perlakuan B. Rumput Raja yang ditanam dengan penambahan pupuk kandang feses kambing (10 ton/ha).

Perlakuan C. Rumput Raja yang ditanam dengan penambahan pupuk kandang feses sapi (10 ton/ha).

Perlakuan D. Rumput Raja yang ditanam dengan penambahan pupuk kandang feses kerbau (10 ton/ha).

Bagan percobaan di lapangan yang terdiri dari 4 perlakuan 3 kelompok dapat dilihat pada Lampiran 1 dan bagan tanaman yang akan diambil datanya dapat dilihat pada Lampiran 2. Data yang diperoleh diolah dengan analisis sidik ragam RAK, yang dilanjutkan dengan uji lanjut DMRT (Mattjik dan Sumertajaya, 2006).


3.4.  Prosedur Penelitian
3.4.1.      Persiapan Pupuk Kandang
Pupuk kandang yang digunakan sebagai bahan penelitian disiapkan minimal 1 bulan sebelum digunakan pada lahan percobaan. Pupuk kandang yang digunakan adalah pupuk kandang feses kambing, feses sapi dan feses kerbau, hasil analisis  kandungan  N, P dan K dari ketiga jenis pupuk kandang tersebut dapat dilihat pada Lampiran 14. Masing-masing pupuk kandang feses ternak yang digunakan sebanyak 12 kg/perlakuan. Pada Lampiran 4 terdapat gambar jenis pupuk kandang yang digunakan.

3.4.2.      Pengolahan Lahan
Pengolahan lahan diawali dengan pembersihan lokasi penelitian dari rumput-rumputan serta benda-benda lain yang dapat mengganggu dalam proses pengolahan lahan. Tanah dicangkul sebanyak 2 kali agar diperoleh tanah yang gembur. Lokasi yang dipergunakan untuk penelitian diratakan menggunakan cangkul, setelah tanah selesai diolah maka lahan dibagi menjadi 3 kelompok, tiap kelompok terdiri dari 4 unit percobaan dengan ukuran panjang 4 m dan lebar 3 m dalam tiap unit dan lahan didiamkan selama 1 minggu. Setelah satu minggu, tiap unit percobaan dibuat lubang tanam sebanyak 20 lubang, dengan jarak antar tanaman 60 cm dan antar barisan 100 cm. Pada Lampiran 5 terdapat gambar tentang proses pengolahan lahan.
3.4.3.      Pemberian Perlakuan
Pemberian pupuk kandang dilakukan setelah selesai pembuatan lubang tanam. Perlakuan pemberian berbagai macam pupuk kandang diberikan sesuai ketentuan atau sesuai perlakuan. Tiap lubang tanam diberi feses sebanyak 0,6 kg.  Pemberian feses dilakukan 1 minggu sebelum tanam. Untuk perhitungan dosis pupuk kandang tiap lubang dapat dilihat pada Lampiran 3 dan proses pemberian pupuk kandang pada lahan tanam dapat dilihat pada Lampiran 5.
3.4.4.      Persiapan Bibit
Bibit dipersiapkan setelah selesai pemberian pupuk kandang. Bibit yang digunakan berupa stek batang yang besarnya seragam dengan panjang 25 cm atau memiliki 2 mata tunas. Stek batang disiapkan sesuai kebutuhan. Pada Lampiran 6 terdapat bibit yang akan ditanam.

3.4.5.      Penanaman
Setelah lahan diberi pupuk kandang (perlakuan) dan telah didiamkan selama 1 minggu, maka dilakukan  penanaman. Penanaman dilakukan pada pagi hari. Sebelum proses penanaman, stek batang diseleksi terlebih dahulu agar di proleh bibit yang memiliki daya tumbuh baik. Setiap lubang tanam diberi 2 stek. Penanaman dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak bagian stek batang tersebut. Pada Lampiran 6 terdapat gambar proses penanaman.
3.4.6.      Pemeliharaan
1)   Penyiraman
Penyiraman dilakukan sebanyak 2 kali sehari selama satu minggu. Setelah satu minggu penyiraman dapat dilakukan 1 kali sehari dan penyiraman tidak dilakukan apabila terjadi hujan. Tujuan penyiraman ini untuk mempercepat pertumbuhan tanaman. Pada Lampiran 7 terdapat proses penyiraman ketika penelitian dilaksanakan
2)   Penyiangan
Rumput yang tumbuh disekitar tanaman dibersihkan karena dapat mengganggu tanaman. Bersamaan dengan penyiangan dilakukan pendangiran. Penyiangan ini dilakukan 3 minggu setelah tanam.
3)  Penyulaman
Penyulaman dilakukan ketika ada tanaman yang mati yaitu pada saat seminggu setelah tanam.
3.4.7.      Pemanenan
Pemotongan Rumput Raja dilakukan setelah rumput berumur 60 hari. Rumput ini dipotong setinggi 10-15 cm dari permukaan tanah. Pada Lampiran 8 terdapat gambar tentang proses pemanenan dan kondisi Rumput Raja sebelum dipotong.


3.5.   Pengamatan
1)      Jumlah Anakan (batang/rumpun)
Perhitungan jumlah anakan ini dilakukan pada saat rumput dipanen, yaitu berapa banyak anakan pada setiap rumpun tanaman dan perhitungan ini dilakukan tiap rumpun sebanyak 6 rumpun tanaman yang terletak di tengah petakan percobaan dari 20 rumpun tanaman.
2)      Berat Segar (ton/ha)
Penimbangan berat segar rumput dilakukan setelah tanaman dipanen dengan cara memotong pangkal tanaman setinggi 10-15 cm dari tanah. Penimbangan dilakukan langsung pada saat pemotongan dilakukan. Penimbangan dilakukan tiap rumpun sebanyak 6 rumpun tanaman yang terletak di tengah petakan percobaan. Untuk mengetahui produksi berat segar dalam ton/ha dapat dilihat pada lampiran 9.
3)      Berat Kering (ton/ha)
Penimbangan berat kering dilakukan setelah rumput dijemur matahari selama satu hari atau pada saat tanaman mencapai kadar air 60-70 persen. Untuk mengetahui produksi berat kering dalam ton/ha dapat dilihat pada lampiran 9.
4)      Berat Bahan Kering (ton/ha)
Untuk pengamatan ini diambil 20% dari berat kering yang kemudian dicacah dan dimasukan ke dalam oven selama 3-4 jam dengan suhu 105oC. Tujuan dari pencacahan ini untuk mempercepat proses pengeringan yang dilakukan dalam oven. Setelah selesai proses pengovenan rumput yang telah dioven ditimbang menggunakan timbangan elektrik. Pada Lampiran 8 terdapat gambar proses pengovenan yang dilakukan dilaboratorim Agronomi sedangkan untuk mengetahui produksi berat segar dalam ton/ha dapat dilihat pada lampiran 9.


3.6. Pengolahan Data
Data yang diperoleh diolah dengan analisis sidik ragam RAK, menurut Mattjik dan Sumertajaya (2006), model linier rancangan acak kelompok adalah sebagai berikut:
Yij=μ+ αi + βj + εij


Keterangan:

Yij       :    Nilai pengamatan satuan percobaan yang memperoleh perlakuan ke-i dan pada kelompok ke-j
μ          :    Nilai tengah umum
α1         :    Pengaruh perlakuan ke-i
βj         :    Pengaruh kelompok ke-j
εij         :    Pengaruh galat pada percobaan yang mempengaruhi perlakuan ke-i dan kelompok ke-j
Tabel 3.3. Sidik Ragam
Sumber Keragaman
Db
JK
KT
F Hitung
F Tabel
0,05
0,01
Kelompok
Perlakuan
Galat
r-1
t-1
(r-1) (t-1)
JKK
JKP
JKG
KTK
KTP
KTG
KTK/KTG
KTP/KTG
-
-
-
-
-
-
-
Total
rt-1
JKT
-
-
-
-


Keterangan :
Y … 2
  r.t
 
                                                 
Faktor Koreksi (FK) =

Jumlah Kuadrat Total (JKT) = Yij2 – FK
Y.j 2
  t
 
Jumlah Kuadrat Kelompok (JKK) =             - FK
Yi. 2
  r
 
 
Jumlah Kuadrat Perlakuan (JKP) =              - FK

Jumlah Kuadrat Galat (JKG) = JKT – JKK – JKP
Pengujian  lanjutan dilakukan dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT). Menurut Supadi (2000), rumus DMRT adalah sebagai berikut: 
DMRTα = Rα (ρ ; db galat) x

Keterangan :

α    : Taraf Uji Nyata                            R         : Nilai dari Tabel Uji Jarak Duncan
ρ    : Banyaknya Perlakuan                   KTG  : Kuadrat Tengah Galat









IV.              HASIL DAN PEMBAHASAN




4.1.    Pengaruh Perlakuan Terhadap Jumlah Anakan
Rataan jumlah anakan tiap-tiap perlakuan pupuk kandang dapat dilihat pada   Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Rataan Jumlah Anakan Rumput Raja
Perlakuan
Rataan  anakan/rumpun
Tanpa pupuk kandang
1,78 b
Pupuk kandang feses kambing
6,33 a
Pupuk kandang feses sapi
5,33 a
Pupuk kandang feses kerbau
7,06 a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf  uji nyata 1% menurut uji DMRT


Pada Tabel 4.1 diketahui bahwa jumlah rataan anakan pada Rumput Raja dengan menggunakan pupuk kandang feses kerbau mencapai 7,06 anakan/rumpun, diikuti dengan menggunakan pupuk kandang feses sapi mencapai                      6,33 anakan/rumpun dan diikuti dengan menggunakan pupuk kandang feses kambing mencapai 5,34 anakan/rumpun serta pada perlakuan tanpa menggunakan pupuk kandang mencapai 1,78 anakan/rumpun. 
Hasil analisis ragam (Lampiran 10) diketahui bahwa pemberian pupuk kandang yang berbeda berpengaruh sangat nyata (P<0,01) dibandingkan dengan kontrol, terhadap jumlah rataan anakan Rumput Raja. Tingginya jumlah anakan ini diduga dari pengaruh pemberian pupuk kandang feses kambing, feses sapi dan feses kerbau. Ini berarti bahwa pemupukan dapat meningkatkan sistem perakaran yang cukup kuat dan luas sehingga dengan sistem perakaran yang kuat dan luas tersebut dapat menghasilkan jumlah anakan yang lebih banyak dan berkembang dengan memanfaatkan unsur-unsur hara esensial yang terkandung di dalam tanah maupun  pada feses kemudian unsur-unsur tersebut akan diabsorsikan oleh tanaman untuk pertumbuhannya. Hanafi (2011) menyatakan bahwa pupuk kandang mengandung unsur hara yang diperlukan oleh tanaman seperti N, P, dan K. Nitrogen merupakan salah satu unsur utama bagi sebagian besar tanaman dan nitrogen ini diubah dalam bentuk nitrat yang mudah terlarut dan bergerak ke daerah perakaran.  
Dari Tabel 4.1 terlihat bahwa penberian pupuk kandang dari feses kambing, feses sapi dan feses kerbau dapat menaikkan  rataan jumlah anakan/rumpun secara nyata dibandingkan tanpa pemberian pupuk (kontrol). Jumlah anakan/rumpun tidak berbeda diantara pemberian pupuk kandang kambing, sapi atau kerbau dimana menghasilkan jumlah anakan/ rumpun Rumput Raja yang sama. Sesuai dengan pernyataan Hardjowigeno (2007) yang menyatakan bahwa tanaman dapat tumbuh dengan normal apabila tanaman tersebut diberi pupuk kandang. Hal ini  disebabkan karena pupuk kandang berpengaruh terhadap fisiologi tanaman sehingga pertumbuhan  tanaman dapat meningkat seperti pertambahan lebar daun, batang dan anakan. Reksohadiprojo (1985) menambahkan bahwa terbentuknya anakan tergantung dari seberapa besar kemampuan tanaman menyerap hara dalam tanah dan hidup tunas tanaman (anakan) tergantung dari cukupnya makanan, air dan lainnya.  




4.2.    Pengaruh Perlakuan terhadap  Berat Segar                     
   Produksi rataan berat segar Rumput Raja pada tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Rataan Berat Segar Rumput Raja
Perlakuan
Rataan berat Segar (ton/ha)
Tanpa pupuk feses kandang
7,49  b
Pupuk kandang feses kambing
35,67  a
Pupuk kandang feses sapi
32,81  a
Pupuk kandang feses kerbau
31,38  a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf  uji nyata 1% menurut uji DMRT


Berdasarkan data pada Tabel 4.2 diketahui bahwa rataan rataan berat segar tanpa pemberian pupuk kandang mencapai 7,490 ton/ha, rataan berat segar dengan pemberian pupuk kandang feses kambing mencapai 35,672 ton/ha, rataan berat segar  dengan pemberian pupuk kandang feses sapi mencapai 32,810 ton/ha dan rataan berat segar dengan pemberian pupuk kandang feses kerbau mencapai 31,381 ton/ha. 
Hasil analisis ragam (Lampiran 11) menunjukan bahwa pemberian pupuk kandang berpengaruh sangat nyata terhadap produksi berat segar Rumput Raja  (P<0,01). Tingginya produksi berat segar yang dihasilkan karena  dalam pupuk kandang feses kambing, feses sapi dan feses kerbau memiliki unsur hara N, P dan K yang diperlukan oleh tanaman yang digunakan sebagai proses fotosintesis dan respirasi bagi tanaman.
Penyerapan air oleh tanaman akan membantu penyerapan hara sehingga mempengaruhi perkembangan vegetatif tanaman yang juga akan meningkatkan berat tanaman. Sitompul dan Guritno (1995) dalam Saputra (2010) menyatakan bahwa berat basah tanaman dapat menunjukkan aktivitas metabolisme tanaman dan berat basah tanaman dipengaruhi oleh kandungan air jaringan, unsur hara dan hasil metabolisme.
Tingginya produksi berat segar ini diduga karena pupuk kandang yang diberikan pada lahan dapat merubah sifat fisik tanah dan menambah unsur hara dalam tanah sehingga tanah menjadi subur dan hara-hara tersebut dapat dimanfaatkan oleh tanaman untuk pertumbuhan. Sesuai dengan pendapat Setiawan (2007)  yang menyatakan bahwa pupuk kandang dapat membuat tanah menjadi lebih subur, gembur dan ini tidak dapat digantikan oleh pupuk buatan. Kotoran ternak memiliki ketiga unsur penting yang paling banyak dibutuhkan oleh tanaman seperti N, P, dan K. Unsur N diperlukan oleh tanaman untuk merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan terutama batang, cabang dan daun, unsur P diperlukan oleh tanaman untuk merangsang pertumbuhan akar, terutama akar muda, unsur K diperlukan oleh tanaman untuk pembukaan stomata (mengatur pernapasan dan penguapan), mempertinggi daya tahan terhadap kekeringan dan penyakit serta untuk perkembangan akar tanaman.
Sabihin (1989) dan Hidayah (2003) dalam Marliani (2010) yang menyatakan bahwa pemberian pupuk kandang yang diberikan pada lahan dapat memperbaiki struktur tanah tersebut menjadi lebih remah  sehingga akar tanaman lebih mudah menembus pori-pori tanah dan memudahkan tunas-tunas baru untuk tumbuh menembus permukaan tanah Penampakan Rumput Raja dengan berbagai perlakuan dapat dilihat pada Gambar 4.1. 


Rounded Rectangle: BRounded Rectangle: A1a     2a








                                                                                                                                 
Rounded Rectangle: DAARounded Rectangle: Cca     4a
                         














             
Gambar 4.1. Rumput Raja yang ditanam tiap-tiap perlakuan pada umur 60 hari.

Keterangan:
A.      Rumput Raja tanpa pemupukan (kontrol)
B.       Rumput Raja dengan pemakaian pupuk kandang feses kambing dengan dosis 10 ton/ha
C.       Rumput Raja dengan pemakaian pupuk kandang feses sapi dosis 10 ton/ha
D.      Rumput Raja dengan pemakaian pupuk kandang feses kerbau dengan dosis ton/ha


Hasil penelitian dari pemberian pupuk kandang terhadap berat segar Rumput Raja yaitu 31 ton/ha sampai dengan 35 ton/ha. Hasil dari penelitian ini lebih rendah dari pendapat Dirjen Peternakan (2004) yang melaporkan bahwa produksi Rumput Raja yang dihasilkan yaitu 40 ton/ha pada pemotongan pertama. Adanya perbedaan dikarenakan dalam penelitian hanya menggunakan pupuk kandang sebesar 10 ton/ha sedangkan yang dilaporkan oleh Dirjen Peternakan (2004) menggunakan pupuk kandang sebesar 20 ton/ha dan penambahan pupuk buatan dengan dosis 110 kg Urea, 80 kg TSP dan 60 kg KCL sehingga produksi yang dihasilkan lebih tinggi.

4.3.    Pengaruh Perlakuan Terhadap Produksi Berat Kering
Rataan produksi Berat Kering Rumput Raja tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Rataan Berat Kering Rumput Raja
Perlakuan
Rataan  Berat Kering (ton/ha)
Tanpa pupuk feses kandang
5,07    b
Pupuk kandang feses kambing
24,07  a
Pupuk kandang feses sapi
22,21  a
Pupuk kandang feses kerbau
19,87  a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf  uji nyata 1% menurut uji DMRT


Dari hasil analisis ragam (Lampiran 12) diketahui bahwa pemberian pupuk kandang berpengaruh sangat nyata (P<0,01)  terhadap rataan berat kering Rumput Raja. Dari Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk kandang dengan jenis yang berbeda dapat menaikan rataan berat kering Rumput Raja sangat nyata. Perbedaan diantara pupuk kandang tidak mempengaruhi rataan berat kering dari Rumput Raja. Hal ini menunjukkan bahwa pupuk kandang kambing, sapi, dan kerbau memberikan rataan berat kering yang sama pada pemotongan pertama.
Tingginya produksi berat kering ini diduga karena pupuk kandang memiliki pengaruh terhadap kesuburan tanah dan meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk anorganik. Samekto (2006) menjelaskan bahwa secara kimia pupuk kandang sebagai bahan organik dapat menyerap bahan yang bersifat racun, seperti alumunium (Al), besi (fe), dan mangan (Mn) serta dapat meningkatkan pH tanah. Secara biologi, banyak mengandung unsur hara  yang dibutuhkan oleh tanaman, sehingga dapat dimanfaatkan oleh tanaman untuk pertumbuhannya. Ditambahkan oleh Ifradi (1998) dan Basuki (2005) dalam Saputra (2010) bahwa pemberian pupuk kandang menghasilkan produksi berat kering dan protein yang lebih tinggi tetapi mengsilkan serat kasar yang lebih rendah.


4.4.       Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan Bahan Kering

Rataan berat bahan kering Rumput Raja dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Rataan Kandungan Bahan Kering Rumput Raja
Perlakuan
Rataan  Bahan Kering (ton/ha)
Tanpa pupuk kandang
0,172  b
Pupuk kandang kambing
0,776  a
Pupuk kandang sapi
0,705  a
Pupuk kandang kerbau
0,662  a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf  uji nyata 1% menurut uji DMRT

Pada Tabel 4.4 diketahui bahwa rataan kandungan bahan kering tanpa pemberian pupuk kandang mencapai 0,172 ton/ha, rataan berat bahan kering dengan menggunakan pupuk kandang feses kambing 0,776 ton/ha, rataan berat bahan kering  dengan pemberian pupuk kandang feses sapi mencapai 0,705 ton/ha dan kandungan bahan kering  dengan pemberian pupuk kandang feses kerbau 0,662 ton/ha. 
Dari hasil analisis ragam (Lampiran 13) pemberian pupuk kandang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kandungan bahan kering Rumput Raja. Berdasarkan Tabel 4.4 diatas dapat dilihat bahwa pada pemberian pupuk kandang yang berbeda, tidak memberikan perbedaan pada berat bahan kering, akan tetapi Rumput Raja yang diberi pupuk kandang feses kambing, sapi dan kerbau  mempunyai berat bahan kering Rumput Raja lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa pemberian pupuk kandang.
Hal ini disebabkan karena Pupuk kandang berpengaruh langsung terhadap kegiatan fotosintesis untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman dan kandungan bahan kering dari Rumput Raja. Ketersediaan dari unsur N yang ada pada pupuk kandang dibutuhkan dalam proses pembentukan protein tanaman sehingga meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman seperti daun, batang dan akar. Sebagai konsekuensinya pemberian pupuk kandang dapat meningkatkan produksi dan kandungan bahan kering tanaman (http://www.pdf.freedownload, 2010).
Hasil penelitian Sumarsono dkk (2010), menyatakan bahwa penampilan komponen pertumbuhan dan kandungan bahan kering hijauan  Rumput Raja pada tanah masam dengan pupuk organik lebih tinggi dibandingkan pupuk urea atau tanpa pemupukan.  



V.                KESIMPULAN DAN SARAN




5.1.   Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:
1. Produksi yang dihasilkan Rumput Raja dengan pemberian pupuk kandang  feses kambing, feses sapi, dan feses kerbau terhadap jumlah anakan berkisar 1,78 - 7,05 batang/rumpun. Produksi berat segar berkisar 7,490 - 35,672 ton/ha, produksi berat kering berkisar 5,071 - 24,076 ton/ha dan kandungan bahan kering berkisar 0,172 - 0,776 ton/ha.
2. Produksi yang dihasilkan dengan menggunakan feses kambing, feses sapi, dan feses kerbau lebih tinggi dibandingkan tanpa pemberian pupuk. Dari ketiga feses yang digunakan memperlihatkan produksi yang tidak berbeda, artinya apabila melakukan penanaman Rumput Raja dengan menggunakan feses kambing, feses sapi dan feses kerbau produksi yang dihasilkan sama.


5.2.    Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui kandungan nutrisi dari Rumput Raja yang ditanam menggunakan pupuk kandang yang berbeda pada pemotongan pertama serta produksi yang dihasilkan Rumput Raja pada pemotongan kedua, ketiga dan seterusnya.




DAFTAR PUSTAKA

AAK, 1983. Hijauan Makanan Ternak. Yogyakarta. 79 hal
Abdullah, R. 2007. Pengomposan Feses Kerbau dengan Menggunakan Efektif Mikroorganisme (EM4). Skripsi Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Pekanbaru.

Affandi. 2008. Pemanfaatan Urine Sapi yang di Fermentasi sebagai Nutrisi Tanaman. http://affandi21 - xanga.com/644038359/Pemanfaatan-Urine-Sapi- yang - di – Fermentasi – sebagai – Nutrisi - Tanaman. html. Diakses 02 Februari 2011. 7 hal

Annas, 2007. blogspot.com/budidaya-rumput-raja-king-grass.html. Budidaya Rumput Raja (King Grass). Diakses 05 Februari 2011.

Arief, A. 1992. Perlindungan Tanaman Hama Penyakit dan Gulma. Usaha Nasional. Malang. 162 hal

Baharuddin. W dan Muliwarni, 2011. Pedoman Budidaya dan Produksi Hijauan Makanan Ternak. Sulawesi Selatan. 3 hal

Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2009. Budidaya King Grass atau Rumput Raja ( pennisetum purpuphoides). Jambi. 1 hal 

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2010. Budidaya Hijauan Makanan Ternak. Provinsi Jawa Barat. 2 hal

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2011. Budidaya Hijauan Pakan Ternak. Provinsi Sumatra Barat. 2 hal

Buringh, P. 1983. Pengaturan Pengajiran Tanah-Tanah Wilayah Tropis dan Sub-tropika. Gadjah Muda Universitas Press. Yogyakarta. 

Crowder. VI and Chedda H. R., 1982. Tropical Grass Land Husbandry. Logman Group Ltd. New York.

Damanik, R. 2010. Penyediaan Hijauan Makanan Ternak. http://sangrisang. wordpress.com/ 2010/04/11/penyediaan-hijauan-makanan-ternak/ Diakses 02 Februari 2011.  4 hal


Dinas Peternakan, 2004. Pedoman Beternak Sapi. Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir. Bagansiapiapi. 101 hal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar